Perjalanan Panjang Jepang Menuju Re-Militerisasi Pasca Perang Dunia ke 2

0

Tahun 1947 militer dan industri Jepang dibungkam total dikarenakan kalah perang dan (jelas) sangat membahayakan.

Ini bukan ulasan lengkap tapi hanya tahun dan momen2 penting dimana Jepang memperlihatkan niatannya untuk menjadi “Normal State”. Jepang, ndak normal gitu ? Ya seperti yang kita ketahui bersama setelah kalah, Jepang kan dilucuti, khususnya industri militernya, yang kata Bapak Realis Hans J. Morgenthau merupakan salah satu unsur utama yang membangun kekuatan nasional.

Tahun 1952 industri diaktifkan kembali dalam tataran ringan buat kepentingan Perang Korea (perbaikan kapal dan transport prajurit AS).

Tahun 1988 masih diliputi suasana perang dingin dan tetangga udah mulai memperkuat diri. Jepang mulai mengajukan produksi Fighter Jet (Alutsista Ofensif), biarpun ualot, tapi tetep “di-acc” sama Paman Sam dan jadilah yang namanya F-2. Produksinya tetep digandeng sama si Oom.

Tahun 2007 mulai riset lagi untuk Fighter Jet Generasi ke 5 (ATDX Shinshin). Rencana tahun 2014 selesai tapi ternyata belum selesai juga (sepertinya buat menjaga perasaan tetangga). Si Oom Sam mulai kalem.

Tahun 2013 Ngluncurin Helicopter destroyer ke 3 (Izumo-Class) sebelumnya 2 biji Hyuga class. Kapal perang terbesar yang pernah dibuat Jepang setelah PD II (ukuran setara Carrier Charles de Gaulle). Si Oom Sam tetep kalem.

Tahun 2014 rencana re-interpretasi Konstitusi 1947 (khususnya pasal 9), keran ekspor mulai dibuka (ditandai dg rencana pengiriman kapal selam Soryu Class) plus peranan militer lebih “diaktifkan”.

Di satu sisi, kecintaan bangsa Indonesia terhadap Jepang sangat tinggi. Tapi setelah memetakan momen2 penting dimana Jepang melangkah perlahan menuju re-militerisasi kok aku malah khawatir ya … Ah sudahlah, mungkin hanya perasaanku.