BERUK JALANAN

0
Kemarin sewaktu berhenti di sebuah persimpangan kulihat 2 orang kira2 usia SMA berboncengan motornya sedikit terperosok ke bagian bahu jalan yg berlubang. Byur. Mereka terdengar ketawa2 Memang ga jatuh tp aneh padahal jalan masih ada space biarpun lalu lintas cukup padat. Kebetulan bersamaan dengan lampu hijau dan kulihat … yang mengendarai buka HP dan front camera kondisi on dan sepertinya merekam! Entahlah buat apa aku ga peduli yang jelas itu go**ok banget dan jelas membahayakan
 
Setelah itu kuikuti mereka selama kurang lebih 15 detik dan ku klakson beberapa kali sampai mereka sadar ada pengendara yang “terganggu” dan sampai akhirnya HP dimasukkan dalam saku (sempat terlihat mepet dengan mobil dan mereka ga sadar)

Ternyata ini mereka-mereka yang dalam sebuah forum online alumni disebut … BERUK JALANAN

Isu komunisme dan respon pemerintah

0

Isu komunisme sebenarnya sudah usang. Sudah runtuh bersamaan dg runtuhnya Tembok Berlin pada November 1991 dan nge hitsnya Wind of Change oleh grup band Scorpion

Concern pada isu komunisme sebetulnya tak lebih dari terjebak masa lalu. Knp. Coba ambil rentang 10 tahun terakhir saja. Brp kematian yang ditimbulkan oleh yang dinamakan komunisme jika dibandingkan dengan terorisme dan radikalisme atau karena sanitasi buruk

Dan sayangnya soal isu masa lalu ini respon yg diberikan pemerintah terkesan panik dengan mengeluarkan kata2 ‘gebuk’. Amat aku sayangkan, seakan2 meladeni kemauan kaum2 yg gemar bermain cocoklogi

Pentingnya skill memilah-milah redaksional

1
Sewaktu di UKM dulu setiap akhir tahun musyawarah akhir tahun. Selain evaluasi proker juga menyusun semacam haluan kerja sebagai landasan proker tahun berikutnya.
 
Nah, sewaktu menyusun “haluan kerja” ini debat redaksional hampir tidak pernah absen. Kadang2 sedikit ngeluh juga ngapain debat 1 kalimat sampe hampir pagi, bahkan soal titik koma dan pilihan kata bahkan kalau ide itu
 
Ya, setidaknya melihat polemik yang sedang berkembang sekarang yg “hanya” diakibatkan satu kata. Ternyata skill memilah2 kata dan redaksional menjadi hal penting agar tidak terjadi multitafsir dan memicu polemik apalagi karena sekedar uthak athik gathuk … chususnya di sosmed ya

Garnet by Oku Hanako (The Girl Who Leapt Through Time Soundtrack)

3

 

Salah satu soundtrack anime terbaik … versi saya.

Video klipnya bisa diliat di link ini

Guraundo kaketeku anata no senaka wa
Sora ni ukanda kumo yori mo jiyuu de
nooto ni naranda shikakui moji sae
Subete wo terasu hikari ni mieta

Suki to iu kimochi ga wakaranakute
Nidoto wa modoranai kono jikan ga
Sono imi wo atashi ni oshiete kureta

Anata to sugoshita hibi wo kono mune ni yaki tsukeyou
Omoi dasanakutemo daijoubu na you ni
Itsuka hoka no dareka wo suki ni natta toshitemo
Anata wa zutto tokubetsu de taisetsu de
Mata kono kitsetsu ga megutteku

Hajimete futari de hanashita houkago
Dare mo shiranai egao sagashiteita
Tookude anata no hashaideru koe ni
Naze da ka mune ga itakunatta no

Kawatte yuku koto wo kowagatteta no
Zutto tomodachi no mama ireru kigashita
Owatteku mono nado nai to omotta

Hateshinai toki no naka de anata to deaeta koto ga
Nani yori mo atashi wo tsuyokushite kureta ne
Muchuu de kakeru ashita ni tadoritsuita toshitemo
Anata wa zutto tokubetsu de taisetsu de
Mata kono kisetsu ga yatte kuru

Itsumademo wasurenai to anata ga itte kureta natsu
Toki ga nagare imagoro atashi wa namida ga koboretekita

Anata to sugoshita hibi wo kono mune ni yaki tsukeyou
Omoi dasanakutemo daijoubu na you ni
Itsuka hoka no dareka wo suki ni natta toshitemo
Anata wa zutto tokubetsu de taisetsu de
Mata kono kitsetsu ga megutteku

Translation

As you were dashing on the ground, your back
Was freer then the clouds that floated in the sky
And in the light that illuminates everything, I could even see
The square letters lined up in your notebook

I didn’t understand the feeling known as love
So this moment in time that wouldn’t return again
Taught me its meaning

I’ll sear the days that I spent with you into my chest
So that I’ll be all right even if I don’t recall them
Even if I were to fall in love with someone else, someday
You’d always be special and important to me
And this season would come around again

Continue reading

Australia dan Terorisme

0

Australia sebagaimana diketahui pada umumnya, merupakan Negara dengan orientasi politik luar negeri yang cenderung lebih mengutamakan bidang pertahanan dan keamanan. Secara kasar Australia dapat dikatakan Negara yang selalu memiliki rasa tidak aman pada wilayahnya sehingga menempatkan bidang keamanan menjadi suatu hal yang prioritas. Hal ini dapat dilihat bagaimana hubungan antara Australia dan Amerika Serikat dalam bidang pertahanan keamanan yang dibentuk melalui ANZUS (The Australia, New Zealand, United States Security Treaty) pada 1951 dimana pada saat itu Australia diserang oleh musuh dari luar untuk pertama kalinya saat perang dunia kedua. Hingga sekarang ANZUS masih bertahan sebagai aliansi keamanan dan menunjukkan bahwa kebutuhan Australia akan keamanan wilayah sangat tinggi sehingga membutuhkan suatu kekuatan besar untuk melindungi wilayahnya.

Melihat bagaimana isu kemanan merupakan hal yang penting bagi Australia dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana isu mengenai terorisme mempengaruhi kebijakan keamanan Australia. Isu terorisme sebetulnya sudah muncul di Australia sejak tahun 1970an jauh sebelum dideklarasikannya war on terrorism oleh George W. Bush pada tahun 2001, namun pendefinisian mengenai terorisme sendiri di Australia baru pada tahun 1995 melalui The Criminal Code Act 1995. Definisi mengenai terorisme itu sendiri yaitu suatu tindakan atau ancaman yang meyebabkan timbulnya suatu gangguan atau bahaya dan aksi atau ancaman tesebut dilakukan atas latar belakang politik, agama, atau ideologi[1]. Tragedi terorisme pertama kali yang melanda Australia adalah pada tahun 1978 saat adanya pengeboman yang disebut Sidney Hilton Bombing. Salah satu dampak politis setelah kejadian itu adalah pembentukan specialist counter-terrorist assault force Australia pada tahun 1979[2]. Menteri pertahanan Australia saat itu Jim Killen menyampaikan bahwa “Kelompok teroris internasional modern sangat berdedikasi dan terlatih, bersedia menghabiskan tahun dalam persiapan teliti untuk insiden teroris dan mampu menyerang tanpa peringatan,  hal tersebut telah menunjukkan bahwa kapasitas untuk terorisme di luar kemampuan respon normal standar kepolisian dan unit militer”. Selain itu pemerintah Australia pada masa itu sadar bahwa negara-negara seperti AS, Inggris, Jerman, dan Belanda telah memiliki satuan anti teror dan menunjukan Australia masih cukup tertinggal dalam hal keamanan sehingga sangat penting bagi Australia untuk memiliki kemampuan yang sama dalam hal penanggulangan teror. Setelah kejadian terorisme pertama kali di Australia tersebut Pemerintah Australia menerapkan Three Level System[3] untuk mengidentifikasikan di level apa kondisi keamanan terkait isu terorisme. Terdapat tiga level dalam identifikasi level terorisme yang terjadi Australia yaitu Low, Medium, dan High. Pada perkembangannya saat ini terdapat 4 level dengan penambahan level Extreme pada tahun 2003 bersamaan dengan diluncurkannya The National Terrorism Public Alert (NTPA). NTPA adalah sarana informasi publik untuk menginformasikan tingkat kewaspadaan akan terorisme untuk meminimalisir resiko yang dapat terjadi. Level low adalah ketika kondisi mengenai isu terorisme tidak terdeteksi atau dianggap tidak ada potensi ancaman mengenai terorisme, medium adalah kondisi ketika serangan teroris dapat terjadi sewaktu-waktu, high adalah kondisi dimana ada kemungkinan terjadi kasus ancaman terorisme dan level extreme adalah ketika kondisi ancaman sudah dekat atau bahkan sudah terjadi[4]. Australia memandang isu kemanan sangat penting dan terlihat bagaimana isu terorisme yang masih berupa kemungkinan menjadi ancaman level tinggi (high). Publik pun dapat melihat kondisi mengenai isu terorisme melalui website nationalsecurity.gov.au yang secara sepintas dapat terlihat apakah Australia berada dalam ancaman terorisme atau tidak. Perubahan level didasarkan pada informasi yang berasal dari intelijen, serta kejadian terorisme di tingkat lokal ataupun internasional yang berpotensi mengancam Australia, melalui Perdana Menteri atau perwakilannya status akan diubah ketika diperlukan dan hal tersebut bersifat nasional[5].

Isu terorisme global yang muncul melalui kampanye War on Terrorism yang dilakukan oleh AS pasca tragedi 11 September memiliki dampak yang cukup besar terhadap kebijakan keamanan Australia terkait isu terorisme. Sejak saat itu pemerintah Australia memiliki pandangan yang jauh kedepan akan isu ini. Sangat jauh jika dibandingkan dengan perubahan kebijakan setelah kejadian terorisme yang terjadi pada tahun 1978. Australia pada tahun 2004 melalui situs Departemen Luar Negeri dan Perdagangan memperkenalkan konsep dimana Australia menghadapi kemungkinan Modern Terrorism yang bersifat transnasional. Kemungkinan yang dapat dihadapi adalah terorisme dengan kemungkinan penggunaan bahan kimia, senjata biologis, radioaktif, serta senjata nuklir[6]. Hal tersebut merupakan arah kebijakan strategis AS sebagai mitra kerjasama Australia. Konsep antisipasi serangan terorisme transnasional oleh Australia  mengindikasikan bahwa untuk mengantisipasi serangan terorisme yang bersifat transnasional yang pada dasarnya merupakan serangan yang bisa muncul sewaktu-waktu tanpa peringatan, Australia harus memiliki cakupan dalam bidang keamanan yang luas seperti isu penyelundupan manusia dan kejahatan terorganisir lainnya melalui penambahan kapasitas intelijen untuk memperkuat pertahanan negara dalam hal kejahatan transnasional khususnya terorisme. Dalam menanggapi kasus serangan 11 September, pemerintah Australia mengalokasikan dana tambahan yang sangat signifikan yaitu sebesar A$ 96.000.000 selama lebih dari 4 tahun untuk Australia Secret Intelligence Service (ASIS), The Australian Security Intelligence Organization (ASIO), Office of National Assessments (ONA)[7] dan badan intelijen pertahanan dan sebagian besar dari alokasi dana tersebut dialokasikan ke ASIO, dengan anggaran sebesar A$ 65 juta dalam rentang waktu 2001 – 2002 ditambah A$ 48 juta untuk jangka waktu 4 tahun[8]. Pasca tragedi 11 September Australia sangat bergantung pada kekuatan intelijen sebagai elemen pertahanan negara, sehingga tidak mengherankan Australia mengeluarkan cukup banyak dana untuk membiayai dinas Intelijennya yang juga menunjukkan kekhawatiran yang sangat tinggi dari pemerintah Australia akan terorisme transnasional.

Isu terorisme transnasional yang sepertinya menjadi kekhawatiran adalah terorisme yang dilatarbelakangi oleh ekstremisme khususnya islam. Ekstremisme yang menjadi latar belakang terorisme transnasional dianggap menjadi ancaman utama dalam hal terorisme. Atas dasar itulah mengapa keterlibatan Australia dalam operasi yang diluncurkan oleh US cukup sering dilakukan. Yang paling terlihat dalah bagaimana keterlibatan Australia dalam perang di Irak pada tahun 2003 serta pada tahun 2001 dalam penerjunan pasukan ke Afghanistan pada era pemerintahan John Howard, yang menunjukkan keseriusannya dalam menghadapi isu terorisme transnasional dengan latar belakang ekstermisme agama. Pada tahun 2010 Australia juga terlibat dalam pengerahan pasukan ke Afghanistan dalam rangka pemberian pelatihan bagi Afghan National Army dan Afghan National Police.

Kesimpulannya adalah Australia sudah mengalami dan menghadapi isu terorisme sejak tahun 1978 ketika terjadi peristiwa pemboman di Sydney Hilton yang memiliki dampak politis yang cukup besar bagi pemerintahan Australia dimana setelah peristiwa tersebut pemerintah Australia memiliki kebijakan untuk memiliki satuan counter-terrorism yang setara dengan negara-negara yang sudah memiliki satuan antiteror seperti Inggris dan AS. Kemudian disamping itu pemerintah Australia juga menerapkan 3 level system untuk mengidentifikasi tingkat ancaman akan terorisme. Kemudian hal ini berkembang menjadi 4 level system dengan penambahan level extreme yang juga informasi status dapat diakses secara publik melalui situs nationalsecurity. Isu terorisme yang yang muncul secara masif secara global yaitu war on terrorism yang gencar di kampanyekan oleh Amerika turut mengubah arah kebijakan Australia. Konsep baru pun muncul untuk menangani ancaman terorisme yang dapat semakin maju yang dinamakan modern terrorism dan terorisme yang terjadi lintas negara atau transnasional. Pasca tragedi 11 September Australia mengucurkan dana yang cukup banyak bagi badan intelijen negaranya dan sejak itu Australia juga turut aktif berpartisipasi dalam operasi ke Afghanistan maupun Irak sebagai bagian dari antisipasi ancaman terorisme yang bersifat transnasional.

[1] “Transnational Terrorism: The Threat to Australia”, chttp://www.dfat.gov.au/publications/terrorism/chapter1.html. Diakses pada tanggal 21 Juni 2012

[2] The Australian, “Hilton bomb induced anti-terror squad”, http://www.theaustralian.com.au/in-depth/cabinet-papers/hilton-bomb-induced-anti-terror-squad/story-fn4p96e3-1225815100331.  Diakses pada tanggal 21 Juni 2012

 

[3]http://www.nationalsecurity.gov.au/agd/WWW/NationalSecurity.nsf/Page/Information_for_Individuals_National_Security_Alert_System_National_Counter-Terrorism_Alert_System. Diakses pada tanggal 21 Juni 2012

[4] Ibid.

[5] “National Terrorism Public Alert System”, http://www.safeguarding.qld.gov.au/nsarrangements/index.htm. Diakses pada tanggal 21 Juni 2012

[6] “Transnational Terrorism: The Threat to Australia”, http://www.dfat.gov.au/publications/terrorism/chapter1.html

[7] ONA merupakan badan yang bertanggung jawab dalam hal pengelolaan dan analisis data mengenai perkembangan internasional berdasarkan informasi yang masuk melalui intelijen.

[8] Nicholas Grono, “Australia’s Response to TerrorismStrengthening the Global Intelligence Network”

https://www.cia.gov/library/center-for-the-study-of-intelligence/csi-publications/csi-studies/studies/vol48no1/article03.html. Diakses pada tanggal 21 Juni 2012

Globalisasi dan Perkembangan Media Sosial dari Masa ke Masa

0

Globalisasi secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah fenomena dimana dunia menjadi borderless. Batas-batas fisik antarnegara seakan bukan menjadi hambatan untuk pertukaran informasi. Semakin majunya teknologi tentu menjadi faktor yang penting dalam mendukung globalisasi. Globalisasi cenderung sering dibahas dampaknya dalam bidang politik dan ekonomi, padahal dalam bidang budaya dampaknya pun cukup besar karena pertukaran informasi yang begitu cepat. Salah satu yang mendukung munculnya globalisasi tentu adalah perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat khususnya internet. Internet yang mulai berkembang tahu 2000an dan mulai menjadi kebutuhan bagi sebagian masyarakat mulai dimanfaatkan untuk bermacam hal disamping mengakses halaman web sebagai sumber informasi. Seiring berkembangnya internet muncullah apa yang dinamakan media sosial berbasis internet sebagai contoh facebook pada era sekarang.

Media sosial di internet sebetulnya sudah muncul sejak tahun 1978 melalui computerized bulletin board system yang ditemukan oleh Ward Christensen and Randy Suess  sebelum website mengudara menjadi hal yang bebas diakses publik. Computerized bulletin board system merupakan cikal bakal media sosial dan merupakan sistem yang digunakan untuk perencanaan dan pemberitahuan meeting  baik untuk keperluan bisnis ataupun sekadar betemu teman[1]. Program tersebut yang menjadi cikal bakal media sosial masih belum berbasis web seperti yang ditemukan sekarang. Setelah web (world wide web) mulai dapat diakses oleh publik mulai tahun 1993 dengan munculnya browser Mosaic dan Geocities yang memungkinkan semua orang dapat membuat dan mempublish informasi melalui website. Perkembangan media sosial berbasis internet mengalami perkembangan yang pesat pada tahun 2002 dimana pada masa itu Friendster pertama kali diluncurkan dan dalam jangka waktu 3 bulan pengguna dari Friendster mencapai 3 juta pengguna[2]. Hal tersebut menunjukkan bahwa selain batas negara yang semakin tidak tampak sebagai halangan juga batas-batas informasi yang bersifat personal menjadi suatu hal yang perlu atau bukan menjadi suatu hal yang salah untuk dibagikan kepada orang lain. Adanya media sosial menjadi suatu kebutuhan bagi kaum muda untuk berinteraksi dengan orang lain.

Dalam perspektif struktur hubungan komunikasi, pada umumnya jejaring sosial online menyediakan dua tipe sistem koneksi sosial, yakni bi-directional dan unidirectional (Taylor et al., 2011). Bi-directional adalah sistem koneksi sosial yang memerlukan konfirmasi antar akun yang akan saling berhubungan sebagai “kawan” atau “pengikut”.  Dimana kedua akun yang saling berhubungan dapat mengakses informasi profil satu sama lainnya dan saling berkomunikasi[3]. Hal tersebut menjadi ciri dari media sosial berbasis web yang kerap digunakan oleh sebagian besar masyarakat.

Continue reading

Review Film : The Girl Who Leapt Through Time (2006)

0

Time waits for no one…

The_Girl_Who_Leapt_Through_Time_poster.jpg

Saya lagi jatuh cinta sama film karya animator ternama Jepang, Mamoru Hosoda, director dari beberapa film animasi seperti The Girl Who Leapt Through Time (2006), Summer Wars (2010) dan Wolf Children (2014). Nah, kali ini saya menulis review salah satu filmnya , The Girl Who Leapt Through Time yang dirilis tahun 2006, udah lama banget, tapi baru nonton fimnya.

Film ini bercerita tentang seorang gadis bernama Konno Makoto yang secara tidak sengaja  memiliki kemampuan time leaping, melompati waktu untuk kembali ke masa lalu. Makoto adalah siswi SMA Suatu ketika, Makoto yang merupakan gadis yang tomboy ini (yang kalo ketawa mengingatkan saya pada seseorang 😀  😀 ) mengalami kecelakaan sepeda dimana ia menabrak palang pembatas jalur kereta karena rem sepeda miliknya mengalami blong. Maut nyaris menjemputnya , namun saat kereta hampir menabrak Makoto yang terjungkal, tiba-tiba ia kembali ke beberapa menit sebelum kecelakaan terjadi dan loloslah ia dari maut.

Semula ia tak percaya kalau itu adalah time leaping, hingga ketika Makoto bertemu bibinya yang merupakan kurator museum, barulah ia percaya. Bibinya bahkan menyarankan Makoto untuk mencari trik agar bisa mengunakan kemampuannya itu. Hal yang lucu setelahnya adalah karena secara harafiah time leap berarti melompati waktu maka Makoto pun mencoba trik pertama dengan melompat ke sungai. Well, trik itu berhasil dan dia datang ke masa lalu dengan berguling-guling dan kemudian sering digunakan Makoto untuk  melompati waktu meskipun sebetulnya tidak harus dengan cara melompat dan berguling-guling. Makoto menggunakan kemampuannya untuk kembali ke masa lalu untuk hal-hal yang pada dasarnya tidak penting yang sekiranya wajar terjadi semisal agar bisa memakan puding yang termakan oleh adiknya, menghindari keapesan yang terjadi saat kerja kelompok, menghindari ketika seorang teman laki-lakinya menyatakan perasaan padanya, atau agar bisa kembali makan malam dengan menu yang sama dengan hari kemarin dan sebagainya. Sampai suatu ketika ia ingin mengatur skenario dengan kembali ke masa lalu agar teman laki-lakinya yang bernama Kousuke dapat jadian dengan adik kelasnya yang semula ditolak olehnya. Skenario berhasil namun apa yang dinamakan Paradoks Waktu terjadi. Kemujuran yang dialami Makoto justru mengantarkan Kousuke menjemput maut di hari yang sama ketika Makoto mengalami kecelakaan dengan situasi yang sama, rem blong.

Bibi Makoto pernah berpesan pada Makoto bahwa “Ketika kamu ‘bersenang-senang’ (dapat membalikkan keadaan dengan time leap), bukankah akan ada orang lain yang akan tersakiti atau menderita?”.  Ketika ia tak bisa menyelamatkan Kousuke dari maut karena ternyata kemampuan time leap nya ternyata habis, ia pun secara tidak langsung menyesal telah menggunakan kemampuan time leapnya untuk hal yang tidak penting. Tidak disangka saat kejadian tersebut waktu tiba-tiba berhenti dan kemudian kembali ke beberapa waktu sebelum kejadian naas itu terjadi. Belakangan diketahui teman akrab Makoto selain Kousuke, Mamiya Chiaki adalah seorang dari masa depan yang kembali ke masa dimana Makoto hidup untuk melihat sebuah lukisan yang di masanya konon terbakar dalam sebuah kebakaran.

The Girl Who Leapt Through Time adalah film yang penuh dengan pesan moral, khususnya bagaimana dalam memanfaatkan waktu. “Time waits for no one” adalah ujar-ujar yang paling mengena dalam film ini. Waktu tidak pernah menunggu siapapun, ia terus bergerak maju, dan kita tak akan pernah punya kemampuan untuk membalikkan waktu, maka gunakanlah waktu dan momen sebaik mungkin karena jika itu adalah kesempatan bisa jadi kesempatan yang sama tak datang untuk kedua kalinya.

Meskipun bertema tentang time leap anime ini tidak menyuguhkan hal-hal yang terlihat sangat futuristik, seperti halnya film yang bertema waktu lainnya misal Back to the Future dan sebagainya. Penggambarannya sangat biasa dan ringan. Itulah yang membuat film ini bisa dinikmati dengan mudah dan menurut saya meskipun diangkat dari novel, film ini tidak hanya menyuguhkan cerita yang mengena tetapi juga menitikberatkan pada pesan moral seperti yang sudah disebutkan diatas.

Soundtrack pada film ini adalah hal lain yang menarik. Lagu yang dinyanyikan oleh Oku Hanako di bagian ending song dan background song di scene beberapa scene begitu memanjakan telinga dengan iringan piano nya. *Abis itu langsung download dan diputer seharian.

Film ini juga memenangkan penghargaan Japan Academy Prize for Animation of the Year pada tahun 2007. Japan Academy Prize for Animation of the Year adalah anugerah film tahunan yang diperuntukkan khusus bagi film animasi terbaik di Jepang. Film ini adalah langkah awal Mamoru Hosoda untuk melesat bersaing dengan karya besar Studio Ghibli yang menurut saya adalah Studio Animasi yang menghasilkan film animasi terbaik di Jepang. Jadi animator favorit saya saat ini bertambah satu disamping Hayao Miyazaki (Ghibli) yaitu Mamoru Hosoda.

Terrorism has no religion : Are we scared of your act ? Absolutely … No ! #KamiTidakTakut

0

Tepat hari ini sekitar pukul 10.00, Indonesia khususnya Jakarta berduka. Terjadi aksi terorisme yang dilakukan sekelompok orang dengan cara meledakkan bom dan penembakan di area Sarinah Jakarta. Dikabarkan 7 orang tewas dalam tragedi ini termasuk 2 orang anggota kepolisian. Tidak sedikit yang mengabarkan hal ini sebagai pengalihan isu yang dilakukan oleh partai penguasa yang konon menurut mereka sedang disandung skandal. Ah, persetan bung … selamat bercocoklogi.

Tidak jauh sebelumnya kita mendengar aksi pengeboman di Teater Bataclan, Paris kemudian Beirut, Lebanon dan terakhir di Istanbul, Turki. Saya tidak peduli siapa kalian, apa motif kalian, siapa nama Tuhan yang kalian sebut saat peluru dimuntahkan dari senapan dan ketika bom diledakkan, yang jelas saya percaya bahwa tidak ada satupun agama yang mengajarkan kekerasan atas kemanusiaan dan terorisme adalah kejahatan atas kemanusiaan and it has no religion. Are we scared of your act ? (Isn’t that your purpose, spreading fear to grease your political aim) Absolutely … No ! Saya bersama warga negara Indonesia tetap berdiri tegak dan berkata #KamiTidakTakut

Salam,

Lemon Energy

Travel Story Lemon Energy \(^o^)/ : Gebyar Dirgantara Yogyakarta 2015

0

Travel Story Lemon Energy \(^o^)/ …  ni adalah tulisan pertama saya soal kunjungan ke tempat-tempat asik (Entah kenapa tiba-tiba kepikiran buat bikin tulisan soal beginian). Mungkin karena beberapa minggu ini keseringan piknik kali ya, jadi sayang kalo nggak dituangkan di blog ini whahaha

Nah untuk Travel Story Lemon Energy \(^o^)/ yang pertama ini saya ingin sedikit cerita mengenai event langka yang digelar di Jogja bernama “Gebyar Dirgantara Yogyakarta 2015”. Gebyar Dirgantara ini adalah sebutan untuk Open Base Pangkalan Udara Adisutjipto Yogyakarta kepada publik dalam rangka ulang tahun ke 70 Sekolah Penerbang TNI Angkatan Udara. Jadi masyarakat umum dipersilahkan untuk masuk ke sarang pemburu untuk berkunjung dan melihat langsung Pangkalan Udara Adisutjipto dan pesawat-pesawat yang dimiliki oleh TNI AU baik pesawat latih maupun pesawat tempur yang dimiliki oleh TNI AU macam Su 30 Mk2, F-16 Fighting Falcon, T-50i Golden Eagle, KT 1 Wong Bee, dll Wuaaaaaaaaa. Ya mungkin kalo yang tinggalnya deket lanud mungkin lumayan sering  liat pesawat bermanuver, kalo saya mungkin amat jarang, bahkan bikin skripsi soal pesawat tempur, tp belom pernah liat wujudnya gimana secara riil (Jadi curcol).

Karena itu sejak dipublish di Detik.com beberapa minggu sebelum hari-h yang bilang kurang lebih 57 pesawat akan memeriahkan, semangatlah saya yang military enthusiast ini dan langsung save the date dan gimanapun pokok e harus kesana.

Hari-H pun tiba, event ini digelar selama 2 hari tapi untuk sesi aerobatic hanya digelar antara jam 9 – 11 WIB. Seperti yang sudah diperkirakan, saya akan menjadi solo traveler di event ini. Sempat ngajak temen dan sharing jadwal juga di grup whassap, tapi ya ga semua orang suka liat pesawat tempur kan. Sempat ada seorang kawan yang mau ikutan juga tapi karena ini event bertema penerbangan dan militer, disiplin ala militer pun harus diterapkan Mwahaha … Kira2 seperti ini kronologinya

S : “Mas, besok jam berapa ke sana?

T : “Jam 9 nan piye?”

S : “Wah, jam 9.30 ki mulai aerobatic je”

T : “Oke jam 8 wae …”

Besoknya, pagi sekitar jam 6 HP getar2 pertanda ada pesan masuk, bunyinya …. “Kalo jam 8 aku ga datang tinggal wae”. Aku pun njawab “Oke” dan beneran, tepat jam 8 saya tinggal dia, dari pada ketinggalan sesi aerobatic hahaha. Continue reading