Globalisasi dan Perkembangan Media Sosial dari Masa ke Masa

0

Globalisasi secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah fenomena dimana dunia menjadi borderless. Batas-batas fisik antarnegara seakan bukan menjadi hambatan untuk pertukaran informasi. Semakin majunya teknologi tentu menjadi faktor yang penting dalam mendukung globalisasi. Globalisasi cenderung sering dibahas dampaknya dalam bidang politik dan ekonomi, padahal dalam bidang budaya dampaknya pun cukup besar karena pertukaran informasi yang begitu cepat. Salah satu yang mendukung munculnya globalisasi tentu adalah perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat khususnya internet. Internet yang mulai berkembang tahu 2000an dan mulai menjadi kebutuhan bagi sebagian masyarakat mulai dimanfaatkan untuk bermacam hal disamping mengakses halaman web sebagai sumber informasi. Seiring berkembangnya internet muncullah apa yang dinamakan media sosial berbasis internet sebagai contoh facebook pada era sekarang.

Media sosial di internet sebetulnya sudah muncul sejak tahun 1978 melalui computerized bulletin board system yang ditemukan oleh Ward Christensen and Randy Suess  sebelum website mengudara menjadi hal yang bebas diakses publik. Computerized bulletin board system merupakan cikal bakal media sosial dan merupakan sistem yang digunakan untuk perencanaan dan pemberitahuan meeting  baik untuk keperluan bisnis ataupun sekadar betemu teman[1]. Program tersebut yang menjadi cikal bakal media sosial masih belum berbasis web seperti yang ditemukan sekarang. Setelah web (world wide web) mulai dapat diakses oleh publik mulai tahun 1993 dengan munculnya browser Mosaic dan Geocities yang memungkinkan semua orang dapat membuat dan mempublish informasi melalui website. Perkembangan media sosial berbasis internet mengalami perkembangan yang pesat pada tahun 2002 dimana pada masa itu Friendster pertama kali diluncurkan dan dalam jangka waktu 3 bulan pengguna dari Friendster mencapai 3 juta pengguna[2]. Hal tersebut menunjukkan bahwa selain batas negara yang semakin tidak tampak sebagai halangan juga batas-batas informasi yang bersifat personal menjadi suatu hal yang perlu atau bukan menjadi suatu hal yang salah untuk dibagikan kepada orang lain. Adanya media sosial menjadi suatu kebutuhan bagi kaum muda untuk berinteraksi dengan orang lain.

Dalam perspektif struktur hubungan komunikasi, pada umumnya jejaring sosial online menyediakan dua tipe sistem koneksi sosial, yakni bi-directional dan unidirectional (Taylor et al., 2011). Bi-directional adalah sistem koneksi sosial yang memerlukan konfirmasi antar akun yang akan saling berhubungan sebagai “kawan” atau “pengikut”.  Dimana kedua akun yang saling berhubungan dapat mengakses informasi profil satu sama lainnya dan saling berkomunikasi[3]. Hal tersebut menjadi ciri dari media sosial berbasis web yang kerap digunakan oleh sebagian besar masyarakat.

Continue reading